Selasa, 26 Agustus 2008

Peak Season

Di negeriku tercinta setiap tahun ada beberapa peristiwa yang merupakan musim dimana permintaan akan jasa transportasi mengalami titik tertinggi . Lebaran , liburan , tahun baru adalah sebagian contoh dimana posisi tawar dari penyedia jasa layanan transportasi sangat tinggi terhadap permintaan pasar . Bahkan bisa dikategorikan kondisi “rush” karena dari beberapa pembeli terpaksa harus mengeluarkan uang lebih banyak agar mendapatkan layanan yang sangat terbatas .

Sehingga kejadian seperti ini kadang malah menjadi berita menarik yang tidak pernah kering akan informasi terbaru .Pemerintah sendiri hanya memberi ambang nilai tertinggi yang harus dipatuhi . Selanjutnya terserah bersaing-lah sendiri agar dapat konsumen .

Tiket habis
Satu jawaban yang sering kita dengar adalah tiket sudah habis , bahkan dari sebulan sebelumnya . Apakah benar habis ….?

Tahun lalu saya harus berpikir dalam waktu dibawah lima menit untuk memutuskan pesan dua tiket yang harganya sudah jauh diatas harga pada waktu hari – hari biasa . Hanya dalam dua menit “Mbak – Mbak “ yang jaga konter konfirmasi ke saya yang masih berdiri didepannya apakah jadi pesan tiket karena seat tinggal tersisa dua dan harganya sudah dinaikkan seratus ribu rupiah . Waduh..system booking on-line memang tidak bisa kita lihat apakah seat benar terjual atau belum karena kita tidak bisa lihat layar monitor mereka .

Tahun ini sedikit berbeda , saat saya minta jadwal saya dimundurkan sehari , jawaban dari seberang mengatakan bahwa seat untuk tanggal tersebut sudah habis tapi ……..kalau mau dengan harga 200 % up masih ada dengan kelas yang sama .Karena sayang uang sekian jeti untuk waktu sehari akhirnya nggak jadi dimundurkan deh .

Kondisi seperti contoh saya diatas selalu terjadi dari tahun ke tahun dan menjadi ritual panen tahunan . Namun apakah kenaikan harga juga dibarengi kenaikan fasilitas layanan …?

Justru ini yang menarik , biasanya malah terjadi double nomor kursi , waktu keberangkatan telat atau malah dicancell sama sekali karena sulitnya mengatur connection dan kesiapan kendaraan . Biasanya ini terjadi di jalur transportasi udara .

Untuk jalur darat dan laut bisa terlihat dengan adanya overload penumpang dan tetap dipaksakan diangkut yang notabene sangat berbahaya dari sisi keselamatan angkutan .

Lagi – lagi rakyat yang sebagian besar sebagai konsumen dalam posisi lemah pada setiap situasi . Regulasi yang diterapkan pun kadang tumpul dalam pelaksanaanya , misalnya baliho dengan tulisan “belilah tiket di loket resmi” apakah selamanya terjadi …?

Saya sama sekali tidak ada ide bagaimana keluar dari lingkaran seperti ini . Hanya ada dua pilihan menikmati atau terpaksa .

Read More..

Selasa, 19 Agustus 2008

Kursi Mahal

Semua kursi mahal tak ada kursi murah atau bahkan gratis . Walaupun kursinya bikinan sendiri , tapi bahan untuk membuatnya juga mahal . Entah itu kursi empuk , kursi panas , kursi pesakitan semuanya tidak ada yang mudah didapatkan .

Kalau kursi dikatakan mahal , berarti sebuah kursi punya nilai ekonomis dan berlaku sebagai komoditas . Kalau sudah begini kursi juga memperlakukan prinsip ekonomi . Yang akhirnya kursi juga akan tercatat dalam buku yang memuat angka debet dan angka kredit dan bahkan bisa diaudit . Wah rumit jadinya ....

Kursi ini kira – kira masuk kolom aset atau kolom liabilitas ya...ah malah tambah bingung . Bagaimana nggak bingung wong kursi itu harusnya sebagai alat atau sarana tapi malah sekarang semua kursi memposisikan diri sebagai komoditas bergengsi dan harus dikolom – kolom kan .

Karena kursi sudah mahal , apakah perlu kita ganti dengan lesehan..? Yang penting kan fungsinya sama untuk duduk . Sekolah pakai tikar , home schooling di rumah misalnya atau bertapa di puncak gunung kan capek kalau harus menggotong kursi. Ongkos buat tikar juga relatif lebih murah daripada sebuah kursi.

Ya sudah ... aku tak duduk dikursi berpikir-nya teletubbies dulu , sambil merenung apakah akan dagang kursi yang lagi booming atau cari kursi atau menghindari nabrak kaki kursi .

Read More..

Selasa, 12 Agustus 2008

Design

Berita besar berkaitan dengan design belakangan ini muncul karena rencana sebuah lembaga negara yang akan menerapkan seragam khusus bagi orang – orang yang disangka melakukan kejahatan ekonomi berupa penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang terhadap pengelolaan dan pemakaian uang atau fasilitas negara yang lainnya .

Pro dan kontra mewarnai rencana tersebut . Sebagian rakyat setuju dengan dalih persamaan manusia didepan hukum selain dimaksudkan untuk memberikan efek psikologis , sementara bagi yang kontra beranggapan bahwa “status tersangka “ belumlah terbukti di pengadilan , jadi janganlah berburuk sangka dengan memberikan seragam segala bagaimana kalau nanti tidak terbukti bersalah .

Dua argumentasi yang bagi mereka ( mungkin ) sama – sama mendekati nilai kebenaran . Sebagai warga negara kita tentulah diminta dapat menyikapi hal tersebut dengan pikiran jernih agar dapat melihat sesuatu yang subtansial yang ingin dicapai dari rencana penggunaan seragam khusus itu .

Jika para pelaku kejahatan dalam menghadapi tuntutan hukum menggunakan logika dan landasan hukum positif yang berlaku di negara ini , kita juga hendaknya melihatnya dari sisi hukum yang sama sehingga akan ada titik temu .

Saya pribadi lebih cenderung pada argumentasi pertama , tentang persamaan dihadapan hukum . Kalau pelaku dengan gradasi nilai kecil saja menggunakan seragam khusus , kenapa pelaku dengan nilai yang jauh lebih besar seragamnya kok diperdebatkan . Sampai saat ini saya belum pernah mendengar istilah pelaku kejahatan terhormat dan pelaku kejahatan tidak terhormat.

Kekhawatiran bahkan muncul karena polemik tentang seragam akan lebih heboh daripada penanganan kasus utamanya . Berbagai kepentingan ikut bermain yang ditujukan untuk melemahkan atau setidaknya memberi rintangan agar lembaga pemegang otoritas “keder “ karena setiap langkah dan terobosan yang diupayakan seakan tidak ada benarnya .

Bagi anda yang yang gemar mendesign pakaian ,bisa megirimkan gambar rancangan ke lembaga negara yang punya hajat . Itulah bentuk peran serta dalam rangka membangun ekonomi Indonesia melalui pemberantasan penyimpangan dan penyalahgunaan . Disamping itu sudah selayaknya kita dukung usaha keras pemerintah dalam memberantas satu dari sekian banyak kebocoran di “kapal Republik Indonesia “ ini agar kapal dapat melanjutkan pelayaran menuju dunia yang makmur berkeadilan dibawah naungan ridho Alloh SWT .

Read More..

Selasa, 05 Agustus 2008

Saat Begitu Dekat .....

Dalam hidup manusia sering mengalami kondisi dimana Sang Pencipta terasa begitu dekat dan sayang kepada hambanya , entah melalui peristiwa menyenangkan ataupun peristiwa sedih. Itu bisa merupakan teguran , ujian atau bahkan balasan dosa atas apa yang kita perbuat . Yang jelas kita harus mampu mengeja teguran ini sebagai kuasa dan keagungan Penguasa Alam Semesta dan dihadapanNya manusia adalah “nothing ...”.

Kala badai menerjang....
Saat itu saya harus segera bertolak ke suatu daerah di Maluku Utara . Tidak ada jalur udara ataupun jalur darat ke daerah itu hingga jalur lautlah satu – satunya akses . Dengan menumpang kapal pengangkut minyak sayapun berangkat dari ujung pulau Sulawesi . Saya adalah tamu istimewa dikapal itu terbukti kepala juru mesin kapal rela memberikan kamarnya untuk saya tempati sedang beliau lebih memilih di ruangan kemudi.

Kapal berangkat menembus luas lautan yang mulai ditelan gelap malam yang tidak terlalu cerah namun juga tidak terlalu buruk . Saya santai dikamar hingga sekitar tengah malam dikejutkan oleh kapal yang berguncang keras . Kulihat diluar kamar , angin kencang bertiup luar biasa sehingga menimbulkan gelombang tinggi . Kilat terus menjilati lautan laksana lidah panjang naga , disertai guntur yang membuat hati makin ciut . Kulangkahkan kaki ke ruang kemudi , nampak kapten sedang serius mengamati gambar dilayar radar serta beliau menyarankan agar saya istirahat dikamar saja , karena kondisi seperti ini sudah biasa baginya sebagi pelaut .

Mata tak terpejam jua , sementara deru gelombang semakin keras, belum lagi suara reotan kayu (kapal ini terbuat dari kayu ) begitu keras seakan pasaknya akan terlepas dan perahu seakan mau pecah. Saya ambil semua identitas serta dompet dari tas dan kumasukkan dalam saku dengan harapan jika terjadi hal yang paling buruk ada orang yang dapat mengenali saya, sambil berdo’a untuk melanjutkan tidur.

Menjelang fajar nampak kapal merapat kepantai disebuah teluk kecil , kutanyakan pada kapten apakah kita sudah sampai tujuan . Kapten jawab belum karena saat ini kita sedang berlindung di teluk sambil menunggu badai reda . Sampai kapan ...cecarku penasaran , tidak bisa dipastikan paling besok dini hari baru bisa melanjutkan pelayaran . Ternyata diteluk itu telah ada beberapa kapal tradisional dari Pulau Buton berlabuh juga untuk menghindari badai, mereka mengangkut rempah dan keladi.

Jangan anda bayangkan bahwa kapal yang saya tumpangi sejenis dan sebesar kapal Kambuna , Kerinci atau bahkan sekelas Titanic .

Sisa perjalanan saya jalani dengan lebih tawakal sehingga terasa ringan, hingga dipagi yang cerah saya harus memutar jarum arloji satu jam lebih cepat yang menandakan saya sudah sampai di tujuan yang masuk dalam zona waktu indonesia timur .

Pengalaman laut yang luar biasa mencekam bagi saya pribadi yang dari kecil memang tidak biasa melihat air yang berjumlah banyak.


Satu mesinnya mati ....
Dilain waktu, pesawat kecil dengan kapasitas sekitar dua puluh orang kami tumpangi dengan tujuan Balikpapan , Kalimantan Timur . Perjalanan akan ditempuh kurang lebih satu jam , cuaca cerah sehingga terbang diatas hijaunya pulau Kalimantan terasa sangat indah . Penumpangpun ceria melihat liuk-an sungai dan hutan dibawah sana .

Hingga datang sekitar menit ke 15 , awak kabin keluar dari kokpit membawa berita dari kapten pilot bahwa mesin pesawat sebelah kiri mengalami gangguan sehingga harus dimatikan dan kapten memutuskan penerbangan dilanjutkan dengan menggunakan satu mesin disebelah kanan . Pesawat ini menggunakan baling – baling yang digerakkan oleh mesin dikedua sayapnya.

Penumpang diharuskan mengenakan sabuk pengaman dan bersiap serta berlatih posisi brace ( duduk merunduk memeluk lutut ) serta diharapkan tetap tenang ditempat duduk .

Empat puluh lima menit terasa sangat panjang dan lama dengan kondisi seperti itu. Tak ada lagi jepretan kamera memotret hutan tropis , semua penumpang sibuk dengan pikiran sambil nampak sekali khusuk berdo’a dengan keyakinannnya masing – masing. Bahkan ada seorang warga asing yang terkenal punya kultur materialistik soal keyakinan tertunduk diam sambil memejamkan mata. AC dalam kabin seakan tak mampu mendinginkan ruangan , terlihat keringat menempel di kening kami. Kulihat penumpang yang membawa anak kecil memeluk erat buah hati yang duduk disampingnya. Jika terbuka mata selalu tertuju ke arloji untuk melihat reaksi lambat jarum jam yang sedang “count down” . Saat harus berpandangan dengan sesama penumpang tak ada senyum walaupun dipaksakan diantara kami.

Tiba saat persiapan pendaratan , kami diharuskan pada posisi brace seperti yang sudah diperagakan tadi . Hampir lima menit posisi brace belum ada tanda pesawat sudah mendarat , sayapun coba angkat kepala untuk melihat kondisi sekitar tapi langsung dapat pelototan dari sang awak kabin yang memberi isyarat tangan agar saya tetap pada posisi . Tak berapa lama terasa hentakkan yang begitu keras seakan badan pesawat menghantam landasan yang mengakibatkan pesawat bergetar dan berisik . Kami seakan ditelan goncangan keras dan suara yang ribut dari badan pesawat .Suara keras dan getaran itu semakin menghilang seiring melambatnya laju pesawat di landasan pacu , kemudian pesawat menuju area parkir .
Dilandasan nampak petugas mulai dari pemadam kebakaran dan mobil emergency lebih banyak dari biasanya .

Awak kabin yang pertama kali berdiri dan tersenyum saat pesawat sudah benar – benar parkir untuk meyakinkan kepada kami bahwa penerbangan sudah bisa diselesaikan dengan selamat . Kami semua bersalaman dan mengucap syukur yang dalam , dan saat menuruni pesawat kapten pilot menunggu kami dibawah tangga sambil menyalami serta mengucapkan terima kasih kepada kami.

Dalam bus menuju ruang tunggu kedatangan kami masih saling adu cerita pengalaman saat diatas tadi , disertai analisa amatiran tentang kemungkinan – kemungkinan terburuk , namun demikian diakhir cerita disertai ledakan tawa.

Manusia memang perlu diuji dengan rasa takut agar selalu ingat dan berserah diri pada Rabb-nya.

Wassalam,
Raf

Read More..