Sekitar tahun 2003 aku mengunjungi suatu daerah . Hotel terletak jauh diluar
Hari pertama sarapan pagi ….
Sebenarnya sudah di duga pasti konsumsi mereka bukan nasi , betul …mereka menghidangkan susu dan sereal . Gimana caranya perut bisa kenyang …….
Cerita konyolnya terjadi setelah selesai sarapan , sebagai orang
Maka kamipun menuju wastafel dan ambil sabun colek …( ndak kulihat sunlight disekitar situ ).
Phil datang dan berkata “ sudah nggak usah dicuci biar nanti istriku yang memberesinya ..”
“ Ah ..nggak apa – apa sedikit saja kok “ sahut kami sambil meneruskan cuci piring dan gelas.
Melihat kami terus beraktivitas , Phil menghampiri lagi seraya “ Istriku nanti mencucinya pakai mesin itu “. Kami pun malu sekali ..nggak tahunya itu mesin pencuci piring tho....kami kira tempat menyimpan piring dan gelas . Yaa ampun mak ....... ( mana nggak pernah cuci piring …..berlagak cuci piring salah lagi ....)
Mesin cuci ini gimana cara buang airnya…..?
Setelah dua hari tinggal ,Stephanie meminta pakaian kami yang akan dicuci karena memang kami belum pernah terlihat mencuci pakaian . “Terima kasih , tidak perlu repot karena kami bisa cuci sendiri , tolong ijinkan kami pakai mesin cuci “ sahut kami karena merasa kurang etis kalau tuan rumah sampai cucikan segala.
Pukul 21.30 kok mesin masih berputar terus…? Akhirnya kupencet tombol “off”, kubuka tutup atas , terlihat air masih penuh. Kucari mana tombol untuk drain, lama nggak ketemu akhirnya kupanggil temanku Rahman . Lama berpikir dan tak membuahkan hasil , kamipun ambil gayung untuk mengurasnya secara manual air panas tersebut . Karena bentuk tubenya yang tidak rata maka airpun tidak bisa habis . Ah ..biarin sekarang kita keringkan saja , tapi mana bisa kering kalau belum diperas ….?. Mau lanjut pakai mesin , masih bingung . Kemudian terlihat ada wadah seperti ember dengan dua besi bulat yang bisa dirapatkan, kami coba pakai untuk memeras hasilnya tidak cukup bagus karena ternyata itu alat untuk memeras kain pel. Daripada bingung aku pegang ujung satu dengan Rahman diujung lainnya satu persatu pakaian kami peras dengan memilinnya , selanjutnya kami masukkan kedalam mesin pengering. Setiap limabelas menit kuperikssa apa sudah cukup kering , tapi hingga jam menunjukkan pukul 0.00 pakaian belum layak dikatakan kering . Kuambil pakaianku yang kecil – kecil dan kubiarkan yang besar masih dimesin pengering, ku langsung tidur .Rahman sendiri masih penasaran berusaha menguras sisa air di mesin cuci hingga pukul 02.00 dini hari ( ngaku-nya ).
Sore kami pulang pakaian sudah rapi diatas meja , rupanya Stephanie membantu kami menyelesaikan cucian saat kami pergi . Untung pakaian kecilku sudah kuambil semalam………!!!
Kejadian ini lebih tepat dikatakan tamu nekat daripada konyol . Bermula saat – saat awal kedatangan .Kami baru mengenal Phil & istrinya saat kami tiba , sebelumnya belum pernah kami bertemu. Sekedar basa- basi duduk bersama nonton TV , tak juga tertarik acara karena filmnya kurang kumengerti .
Bule juga manusia .................
Kejadian ini membuatku tahu ternyata kultur budaya bule ada juga yang mirip kultur
Sambil memberikan kunci rumah Stephani bilang , tolong kalau ada telphon bilang mereka keluar dan tidak kembali sebelum minggu sore . OK ...selamat menikmati week-end kataku.
Dia memperkenalkan diri dan tinggal dilantai tiga , namun begitu aku tidak jelas dengar siapa namanya. Karena nama bule kan asing ditelinga kita ..coba kalau sebut nama seperti Rini, Diah , Ika atau nama indonesia lain pasti aku tak asing . Setelah itu kukasih tahu bahwa aku tinggal dirumah ini sudah sebulan , saat ini tuan rumah lagi liburan , ada perlu apa silahkan
Dia cerita kalau sedang memasak , tapi tidak tahu kalau ternyata garamnya habis , apa boleh minta sedikit. Tolong cari sendiri di kulkas dapur , karena aku tidak tahu apa ada garam/tidak sahutku kalem. Weleh ..weleh …dia malah ambil garam sama beberapa telor , sambil bilang tolong kasih tahu Stephanie kalau dia minta garam sama telor….
Duh..duh..tak kirain ditempat kita saja minta bumbu dapur ke tetangga , ternyata bule juga kenal budaya seperti itu tho….. Andai Candil Seurius saat itu tahu mungkin liriknya akan menjadi…… ” bule juga manusia …” jangan heran Mas.
Memang rempah asli Indonesia , tapi untuk bumbu apa ……..?
Suatu sore Stepahnie pulang dari mini market dengan beberapa tas kertas yang dibopong . Dipanggil nya aku ke dapur , dia tunjukkan dua buah umbi . Dari tulisan kutahu satu adalah jahe dan satunya adalah lengkuas.
“ Jahe ini untuk apa “ tanyanya padaku
“ Untuk dibuat minuman penghangat “ mantap jawabku
“ Lengkuasnya untuk apa….” cecarnya penasaran
“ Bumbu masak “ kali ini aku sedikit ragu
“ Masakan apa ….” lanjutnya
“ Tidak tahu persis , untuk masak apa “ aku mulai kehilangan touch nih
“ Bukankah ini rempah asli
“ Ya ..aku tidak bisa masak, kok kamu beli kalau juga tidak tahu untuk apa “ balasku
“ Makanya aku hanya beli dua potong , mau kutanyakan padamu untuk apa …” jawabnya
Walah Bu..Bu..sampeyan salah cari referensi , harusnya baca buku resep