Kamis, 12 Maret 2009

Wow… Wakil Inggris !

Dalam kancah sepakbola antar klub eropa negeri Italia, Spanyol, Inggris silih berganti mendominasi pertarungan di tingkat liga champion. Setidaknya untuk empat tahun terakhir gilirannya Inggris menunjukkan diri lebih superior dengan mengirim banyak wakilnya menembus putaran akhir. Begitu juga untuk musim 2008/2009 empat wakilnya dengan gagah menuju putaran perempat final. Prestasi ini tak ayal lagi mendongkrak prestise kompetisi domestik liga premier Inggris, tidak hanya mampu menyedot perhatian penonton tapi juga mampu menarik investor untuk membenamkan uangnya dengan membeli klub peserta liga premier.

The Real Red
Adalah klub asal kota Liverpool , yang memulai pesta hegemoni empat wakil Inggris di putaran perdelapan final. Liverpool dengan sangat meyakinkan dua kali menjungkalkan tim elite dunia asal Spanyol yaitu Real Madrid dengan agregat lima gol tanpa balas !

Mengalahkan Madrid dengan skor seperti itu tentulah akan menjadi fenomena yang sangat menarik. Ada apa dengan Madrid yang notabene dihuni oleh pemain kelas wahid atau sebegitu digdaya kah Liverpool hingga mencoreng moreng muka tim dengan rekor juara terbanyak di ajang champion.

Bahkan duel di Anfield kemarin, kiper Madrid Iker Casilas harus jatuh bangun membendung serangan dari berbagai penjuru itupun tak mampu menghindarkan kekalahan timnya dengan empat kali memungut bola dari gawang.

Dengan mengalahkan Real Madrid layaklah kalau Liverpool mendapat julukan baru the real red. Akankah kesuksesan klub legendaris ini hingga titik puncak ? Masih banyak tangga yang harus dilalui, Muenchen , Barca dan tim sesama Inggris tentu penasaran dengan kiprah sekaligus was – was jika musuh berikut mereka adalah Liverpool.

Roman masih bisa tersenyum
Tim elit asal London, Chelsea adalah tim berikutnya dari Inggris Raya yang unjuk gigi. Seolah tanpa beban bertanding di Turin pasukan biru benar – benar membuat tuan rumah Si Nyonya Tua kelabakan. Dengan modal surplus satu gol Chelsea walaupun tertinggal dengan entengnya bisa terus menyamakan kedudukan.

Hasil imbang 2 – 2 cukup mengantarkan The Blues maju ke babak berikutnya karena unggul agregat 3 -2. Hal ini tentu membuat Roman Emperor tersenyum bangga , paling tidak petuah Hiddink care taker pelatih menuai sukses. Tapi untuk langkah selanjutnya Chelsea perlu hati – hati karena lawan selanjutnya tentu ingin menunjukkan bahwa kekuatan uang tidak selamanya berbanding lurus dengan hasil di lapangan.

Hasil sebuah kemapanan
Tim paling mapan dalam dekade ini Manchester United menutup drama versus Internazionale dengan hasil cucuran air mata di kubu Inter. Bermain di hadapan ribuan penonton MU membuat The Special One Jose Mourinho tertunduk lesu akibat kebobolan dua gold an tak mampu membalas sebiji gol pun.

Pertandingan ini adalah sarat gengsi, Mourinho walaupun sudah berganti pasukan ternyata masih belum mampu mengalahkan Sir Alex. Racikan pasukannya meski memborbadir gawang Van Der Saar namun beberapa kali bola berhasil ditepis. Bahkan MU seakan punya kiper kedua yaitu tiang gawang karena setidaknya dua bola matang Inter gagal berbuah gol akibat membentur tiang gawang. Dan sihir Ibra Cadabra ( Ibrahimovic ) seolah tak mampu meruntuhkan keangkeran Old Traford.

Sebagai tim mapan MU banyak dijagokan oleh para pakar akan terus mencapai puncak, tapi apakah semudah itu? Tunggu dulu walaupun berlabel eropa tapi level permainan liga champion berada di level satu. Artinya semua tim kontestan punya kemampuan tarung yang tidak diragukan dan tidak mudah untuk ditundukkan. Jadi? Peserta lain siap menghadang tim yang dibela pemain terbaik sejagad musim ini.

The Gunners menembak ‘Serigala Roma’
Kemenangan Arsenal melengkapi duka sepakbola Italia berkat keberuntunganya dalam adu tendangan duabelas pas saat bertemu AS Roma di Olympico. Benar tiga wakil Italia tersungkur, dan ironisnya semua dari mereka ditekuk oleh wakil Inggris.

Semboyan ‘no totti no party’ menjadi tidak bermakna saat algojo ketujuh Roma, Tonetto membuang bola jauh diatas mistar gawang Almunia. Dan Arsenal pun unggul 7-6 secara agregat.

Pelatih Roma, Spaletti menurunkan banyak bomber dalam laga ini dengan maksud mencetak gol sebanyak mungkin. Baptista, Totti, Pizarro terus menekan pertahanan the gunners. Unggul sejak menit awal Roma gagal menambah torehan gol sehingga memaksa pertandingan dilanjutkan dengan dua kali extra time dan di akhiri dengan adu pinalti.

Arsenal sempat tercekam saat penendang pertama bolanya dengan manis di blok oleh kiper Doni. Setidaknya Doni mampu membaca tiga arah tendangan dari algojo – algojo Arsenal. Satu berhasil diblok, satu diblok tapi masih meluncur masuk , dan satu lagi sedikit di ujung jarinya.

Walaupun pasukan muda Arsene Wenger sering tampil in-konsisten begitu jika kita lihat rapor terakhir mereka di klasemen liga Inggris , sepertinya mereka akan mati-matian menjaga satu – satunya peluang tropi yaitu di liga champion. Semangat ini perlu di waspadai oleh calon lawan mereka di babak berikutnya, karena kalau salah dalam kalkulasi calon lawan tersebut bisa diledakkan oleh peluru – peluru muda nan ekplosif.

Dengan empat wakil alias 50% jatah, apakah cerita tahun lalu bisa diulang dengan membuat all English final. Tak mudah tapi perlu ditunggu, siapkan tiket jangan sampai ketinggalan. Siapapun dan dari negara manapun peraih tropi tetaplah dijuluki juaranya dari para jawara sepakbola.

Read More..