Kamis, 15 Mei 2008

BBM, Anggaran dan Subsidi

Ragam tanggapan rakyat Indonesia terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM . Media tv , koran , dialog interaktif , blogger , radio dll semua membahasnya disertai komentar dan analisis masing – masing .

Sebagai negara produsen minyak , seharusnya kantong kita gemuk jika harga produk kita menjulang dipasar . Saya tidak tahu persis apakah konsumsi minyak dalam negeri sudah jauh diatas produksi sumur – sumur minyak yang sudah ada sejak jaman koloniasme dulu , sehingga harga minyak dunia tinggi memberi efek negative APBN melalui subsidi .

Sepertinya negara kita terlalu mudah diguncang , dulu nilai tukar rupiah , saat ini harga minyak dunia , tidak tertutup kemungkinan dimasa yang akan datang investor asing ramai – ramai menarik investasi di negeri ini akibat demo buruh yang minta naik upah untuk menggejar devisit anggaran rumah tangga karena efek domino kenaikan BBM dalam negeri .

Cutting Cost
Dari sudut pandang manajerial sebelum kita memutuskan menaikkan “income” , kita tinjau dulu “production cost” untuk melihat seberapa efektif uang kita pakai untuk menjalankan roda pemerintahan . Disini anggaran tidak harus murah tapi harus efektif , efisien , dan accountable . Berita korupsi dimana – dimana yang terjadi saya pikir belumlah menunjukkan efektifitas anggaran terjadi dinegeri kita tercinta.

Susahnya karena subsidi inilah yng dianggap pemerintah sebagai “ cost “ daripada bentuk layanan negara terhadap rakyatnya , sehingga perlu ditinjau dari tahun ke tahun atau bahkan dihilangkan sama sekali seperti nasehat pakar ekonomi dunia . Memang konsepnya bagus untuk “memandirikan rakyat “ , tapi itu untuk negeri seberang , bukan untuk negeri penuh kekayaan alam seperti kita .

Lost of Revenue
Satu lagi elemen penentu suatu neraca adalah hilangnya kesempatan mendapatkan pendapatan. Saat ini pos lost of revenue di negeri kita cukup banyak seperti contohnya pembalakan liar , penyelundupan , pencurian ikan diperairan nusantara . Meminimalisir kondisi ini bisa menjadi alternatif bijaksana dalam menyikapi defisit APBN walupun butuh waktu , keseriusan serta koordinasi semua instansi secara baik .

Meski ada beberapa kasus penyebab hilangnya pendapatan ditangani pemerintah namun penyelesaian kasusnya berbelit dan tidak selesai – selesai. Sedangkan kebutuhan anggaran sudah mendesak .

Subsidi Applikatif
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa subsidi BBM saat ini hanya dinikmati oleh kalangan berduit yang punya kendaraan dan usaha . Saya pikir apakah orang kaya di negeri kita tidak berhak menikmati layanan negara ? padahal mungkin mereka membayar lebih besar pajak ke negara . Biarkanlah mereka menikmati subsidi asalkan diawasi kewajarannya , perketat aturan main dan sanksinya .

Selanjutnya untuk strata masyarakat yang lain subsidi bisa berupa isentif pengobatan , bantuan biaya pendidikan , santunan sosial dan bentuk – bentuk jaringan sosial lainnya yang beragam.

Jadi subsidi tidak bersifat general dan harus berdiri sendiri, mana untuk golongan ini mana untuk golongan itu.

Defect
Pada dasarnya saya pribadi setuju jika terpaksa subsidi BBM dikurangi dengan catatan semua defect diatas sudah ditekan , juga demi menyelamatkan rakyat banyak , dan itu sebagai alternatif terakhir. Jika paling tidak tiga hal tersebut belum terpenuhi pastilah saya juga ‘screamming” .

Defect - defect yang saya maksud adalah :
cutting cost , lost of revenue, perketat fungsi lembaga pengawasan serta koordinasi lintas lembaga. Masalah koordinasi menjadi penting karena biasanya ini yang mengakibatkan subsidi tidak tepat sasaran ,bahkan dinikmati oleh mereka yang tidak berhak .


“ It’s been a hard days night , and I’ve been working like a dog “
“ It’s been a hard days night , to get you money to buy a thing “
dst…dst..dst..

Ah..lagu The Beatles itu seakan mengerti bahwa kita sekarang harus kerja ekstra keras sekedar beli sembako.


Wallahua’lam

4 komentar:

  1. Ide adik sangat cemerlang, cuma masalahnya mungkin bukan terbatas managemen ekonomi saja, tapi kepentingan2 pribadi, tekanan global, kebijakan2 yang sudah terlanjur keliru dan tekanan2 politik yang bercampur aduk jadi satu sehingga bangsa ini tidak bisa menentukan nasibnya sendiri. Ironis memang.
    Semoga ditempat adik dg s.d.alam yg melimpah dan sdm yg amanah bisa makmur dan berkeadilan. Rakyatnya Gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo, tidak eker2an.
    Wass.

    BalasHapus
  2. Betul Pak ,
    memang dibutuhkan suatu konsep solusi yang komprehensif dan berani .

    BalasHapus
  3. good post,

    kira2, bagaimana pertamina dan juragannya (menteri bumn)menyusun prediksi (anggaran pendapatan dan biaya)?
    karena dari situ sudah dapat diintip kemungkinan2 dan dipersiapkan alternatif2 solusinya, sehingga nggak perlu byayakan lagi seperti ini

    salam

    BalasHapus
  4. Terima kasih Pak Paromo,

    Dalam suatu budget biasanya memang ada eskalasi harga yang terjadwal, dan itu harusnya sudah diprediksi dari awal , sehingga betul kata Bapak " tidak perlu byayakan lagi "

    salam

    BalasHapus