Jumat, 15 Februari 2008

Billiard boleh..tapi jangan “katrok” ah…

Membaca artikel Mas Iwan Sugihartono dalam sambutan akhir tahun 2007 (salah satu postingan di blog Beliau ), dimana salah satu alinea menyebutkan kota Bitung , aku jadi ingat kota itu.

Sekelumit kisahku ditempat ini beberapa tahun lalu …

Pelabuhan Bitung memang lebih ramai di singgahi kapal – kapal besar bahkan dijadikan markas armada timur . Berkat seorang anggota pangkalan aku berkesempatan mengunjungi markas tersebut . Nampak jajaran kapal perang segala model .Bahkan aku sempat menyaksikan kapal perang eks Jerman Timur bermesin buatan Rusia yang konon konsumsi bahan bakarnya sekitar 800 ltr / jam …wah besar juga tenaga mesin kapal itu..atau sudah sangat boros bahan bakar …??

Ah ..aku bukan mau cerita soal mesin kapal

Aku datang ke Bitung bersama beberapa sejawat , saat itu home base ku masih di Palu Sulawesi Tengah. Dari berempat hanya James yang datang asli dari Manado , aku dan Zufri dari Palu sedangkan Rudi mewakili Makassar.

Selesai makan malam kami bergegas menuju tempat bermain bilyard dilantai dua pada sebuah gedung di pusat kota untuk membunuh waktu. Suasana ramai , tapi kami masih beruntung mendapatkan meja yang kosong .

Sejak awal main kami sudah nampak berisik , tertawa , bola keluar dari meja adalah biasa . Kami sempat diingatkan pengelola saat bola kami benar – benar liar terbang menghantam kaca jendela yang lebar. Angka di papan kami rata – rata tiga digit , tapi minus .

Puncaknya saat stick bilyard kami ada yang jatuh dan mengenai tamu lain di meja sebelah. Suasana senyap dalam beberapa menit karena tamu yang kejatuhan stick bilyard ternyata sekujur dengkul ke bawah sedang diperban akibat luka . Bayangin sendiri deh…….

Akhirnya dengan segala teori perdamaian yang kami kuasai …islahpun terjadi …. . Kami bisa keluar gedung tersebut dengan lancar …

Tahun lalu aku bertemu James di Jakarta , kami cerita soal bilyard itu dan ….kami terbahak sampai jam sebelas malam ( sambil makanlah ..nggak terbahak terus..)

3 komentar:

  1. berbicara soal pengalaman memang mengesampingkan soal krok atau tidak katrok, minimal menjadi sebuah kenangan yang akan terus teringat sampai kapanpun juga, salam

    BalasHapus
  2. Iya betul mas....kadang kenangan itu mampu sebagai inspirator dalam menghadapi jatah sisa umur ke depan untuk lebih mawas & baik

    thks

    BalasHapus
  3. Iya betul mas....kadang kenangan itu mampu sebagai inspirator dalam menghadapi jatah sisa umur ke depan untuk lebih mawas & baik

    thks

    BalasHapus