Senin, 10 November 2008

Seragam Perjuangan, Semoga Bukan Untuk Hari Ini Saja ……

Tepat sepuluh november diperingati bangsa ini sebagai hari pahlawan. Diambil dari kisah heroik rakyat Surabaya dalam menentang pendudukan bangsa asing terhadap bumi pertiwi. Hari ini seluruh negeri mengheningkan cipta , berdo’a kepada Yang Kuasa , serta mengenang seluruh perjuangan bangsa tidak hanya di Surabaya tapi untuk seluruh negeri ini .

Dalam rangka menindaklanjuti semangat perjuangan para pahlawan , beberapa hari belakangan nampak sebagian pegawai pada pelayanan publik mengenakan seragam perjuangan. Tentu saja hal ini harus dibarengi tekad yang benar – benar tulus untuk menjadi atau memiliki semangat kepahlawanan.

Pepatah mengatakan “ ciri kepahlawanan adalah sepi ing pamrih rame ing gawe “ . Dalam konteks kekinian memang kecil kemungkinan kita sebagai warga negara mengangkat bedil dan tembak – tembakan dengan bangsa asing untuk mempertahankan kedaulatan negeri. Jadi pahlawan dewasa ini bisa berasal dari semua bidang kehidupan manusia asal memenuhi kriteria diatas. Mengucapkan pepatah memang relatif mudah, namun saat memasuki tataran praktek sulitnya luarbiasa . Bagaimana tidak untuk berbuat kebajikan tanpa mengharapkan pamrih dari manusia sangat dibutuhkan kematangan emosi , landasan keimanan serta kemampuan memandang persoalan humanisme yang seimbang.

Dalam menjawab satu pertanyaan dari pemirsa ,Bung Mario Teguh dalam acara golden way yang disiarkan sebuah stasiun televisi malah menggambarkan ciri pahlawan sejati dengan bahasa yang lebih sederhana. Menurut Beliau kesempatan menjadi pahlawan terbuka bagi semua strata masyarakat . Dicontohkan seorang ayah selaku kepala keluarga bisa menjadi pahlawan sejati jika saat pulang kerja / aktivitas luar seluruh anggota keluarga menyambut dengan senyum yang tulus dengan menghrapakan kehadirannya. Lebih luas lagi sebagai anggota masyarakat dan warga negara kita dapat menjadi pahlawan sejati saat orang – orang yang berinteraksi dengan kita mersa nyaman dan senang yang tergambarkan oleh senyuman ikhlas. Bahkan saat berinteraksi, kita bisa dijadikan teman MKLL ( minum kopi lama – lama ). Orang betah berinteraksi dengan kita tanpa perlu minum kopi cepat lalu kabur karena perangai kita .

Jika saat ini kita mengenakan seragam perjuangan , semoga roh kepahlawanan mengilhami kita sepanjang hayat . Tidak seremonial apalagi terpaksa harus pakai seragam segala.

Bagi yang tidak sempat mengenakan jangan kuatir , kita bisa melakukan apa yang dicontohkan oleh Bung Mario Teguh dalam praktek keseharian , apapun profesi kita . Dari hal paling kecil dilingkup keluarga hingga lingkup umat manusia , bukankah manusia dturunkan ke bumi sebagi khalifah pemakmur bumi bukan perusak bumi.

Intinya pahlawan sejati ada disetiap jengkal tanah dn waktu , tidak mesti dimedan laga , tapi sesuai kontek yang mengikuti dan menuntutnya. Menjadi manusia yang mendatangkan manfaat bagi manusia lain itulah pahlawan dalam arti luas .

Kapada pahlawan bangsa yang telah gugur ..semoga Alloh S.W.T. memberikan imbalan yang sepantasnya ..do’a kami menyertaimu … Dan Insya Alloh kami teruskan semangatmu …

( sebuah catatan hari pahlawan )

5 komentar:

  1. mas,
    saya ndak bisa tidur nih, terpancing posting ini,
    karena tiba2 tadi muncul pertanyaan dlm hati:
    apakah juga bisa disebut pahlawan apabila mengobarkan perang orang di tanah sendiri?
    apakah juga pahlawan yang mengobarkan perangnya sendiri di negeri orang?
    jawabnya gimana, coba?

    BalasHapus
  2. @ Pak Paromo :

    pertama : nuwun sewu ..perkenankan menjawab

    -->( silahkan )

    kedua : baru menjawab, satu slogan lagi dari pahlawan kita adalah mereka " cinta damai tapi lebih cinta kemerdekaan". Pada dasarnya sesuai kodrat para pahlawan kita cinta damai , jadi pahlawan kita sangat sangat cinta perdamaian , tetapi berhubung kala itu kondisi menuntut harus perang. Jadi perang mereka saat itu punya alasan kuat. jika kini ada orang ingin perang seperti contoh pertanyaan diatas , sangat tergantung apakah kondisinya memang menuntut utk dikobarkan perang ...?sehingga subyeknya bisa disebut pahlawan ..

    -->( hemm..belum marem ..jawabane ngambang ..)

    Ketiga : minta ijin , pinjam istilah yg bapak pakai dalam komennya di tempat pak Indro .

    --> wah ..diminta jawaban kok malah pinjam istilah yg sudah kutulis diblog lain

    Keempat : minta ijin kabur ...masih kalah ilmu ...ha ..ha..ampun Ki...


    Wassalam,
    RAf

    BalasHapus
  3. Ha ha ha....... ikut nimbrung. Rupanya globalisasi pun merembet dalam dunia peperangan. Wong perangnya dinegeri orang lain dengan tujuan menjajah... lho pulang kok disambut sebagai "pahlawan". Mungkin lebih cocok disebut "Ramboo" atau istilahnya dik Sadewo "hero" saja.

    BalasHapus
  4. Kepahlawanan, lebih mudah merasakan hasil perjuangannya dari pada memandang simbul2 kepahlawanan. Jiwa kepahlawanan lahir karena tuntutan keadaan. Kalau niatnya mau jadi pahlawan, hasilnya menjadi pahlawan kesiangan.

    BalasHapus
  5. U/Pak Indro --> memang globalisasi merambah semua dimensi kehidupan termasuk perang. Bahkan dalam dunia ini ada "trendsetter" perang dan "follower" perang .. wah semangkin susah..

    U/ Mas Sito --> Betul mas, Pahlawan sejati tidak peduli atribut

    BalasHapus